top of page

SHINNYUSEI ARRIVAL PROMPT

新入生到着案内

5ba0b9ee-1cc9-4677-812b-f099717b340c.png

Para Shinnyusei memulai perjalanan mereka di pagi hari dengan menaiki kereta sihir yang tidak terlihat oleh mata manusia biasa, bernama Kaze no Michibiki, atau “Penunjuk Angin.” Kereta ini muncul di berbagai kota di seluruh Jepang, dan mengumpulkan Shinnyusei dari berbagai wilayah. Kereta ini mengapung di udara, bergerak dengan kecepatan angin, melintasi pegunungan dan lembah dengan tenang.

Bagi Shinnyusei yang berasal dari Ishikawa, perjalanan akan lebih cepat karena Ishikawa adalah tempat transit terakhir. Dari Ishikawa, kereta mengambil jalur khusus menuju Pegunungan Tateyama, salah satu dari Tiga Gunung Suci di Jepang, yang terhubung secara mistis dengan dunia sihir. Shinnyusei harus tiba tepat pukul 10 pagi di gerbang tersembunyi di kaki gunung. Setiap detik adalah penting, karena jalur sihir hanya terbuka dalam waktu yang sangat singkat.

78b84e9c-e179-412b-b0d8-93f60b9d4273.png
bac1cd68-cd30-4bb2-b570-fb28494c1fef.png

Di kaki Gunung Tateyama, terdapat sebuah tantangan bagi para Shinnyusei untuk menemukan Torii Sora. Torii Sora adalah sebuah gerbang kuil mistis yang tersembunyi dan tidak dapat dilihat oleh mata manusia biasa. Hanya mereka yang memiliki kepekaan spiritual tinggi dan hati yang murni dapat merasakan keberadaan gerbang ini. Torii Sora konon memancarkan aura energi yang halus, namun tersembunyi dari pandangan orang awam.

Shinnyusei memasuki Kagemusha no Sato, desa tersembunyi di kaki Gunung Tateyama yang dihuni oleh penyihir dan yōkai. Desa ini terlindungi oleh kabut tebal dan aura magis, membuatnya tak terlihat oleh orang biasa. Di tengah desa terdapat Onsen Tenkei, pemandian air panas rahasia yang airnya dipenuhi energi spiritual dari Gunung Tateyama. Di sini, Shinnyusei harus berendam untuk membersihkan jiwa mereka, menghilangkan emosi negatif sebelum melanjutkan perjalanan.

8221f7da-ffbf-4c93-9b74-acb0f1672342.png
69a4170d-ef2b-4096-9761-7cbfe9f19a0c.png

Setelah menjalani upacara pembersihan di Onsen Tenkei, Shinnyusei akan dipandu oleh seorang penjaga kuil yang bijaksana dan penuh misteri. Penjaga ini, yang dikenal memiliki pengetahuan tentang kekuatan spiritual Gunung Tateyama, akan menunjukkan jalan menuju Tengu no Ishi—sebuah batu besar dan sakral yang terletak di puncak gunung. Batu ini dipercaya sebagai tempat berkumpulnya energi alam dan roh penjaga gunung.

Di Tengu no Ishi, Shinnyusei harus menunggu kedatangan Ryuu no Hashira, atau "Pilar Naga." Pilar ini bukan sekadar menara terbang yang dijaga oleh seekor naga, tetapi sebuah konstruksi ajaib yang hidup, dikelilingi oleh energi mistis yang kuat. Ryuu no Hashira mampu mengubah bentuk dan ukuran sesuai kebutuhan penumpangnya, menyesuaikan diri dengan setiap Shinnyusei yang menaikinya.

5b99a8a3-5de2-48c5-bfdc-2cf5436db412.png
520a386c-cbb6-4905-9c2f-a6dbf5878aaa (1).png

Meski tampak kecil dari luar, Ryuu no Hashira memiliki interior megah seperti istana, dengan taman-taman, air mancur, dan ruangan-ruangan besar berhias ornamen magis. Di dalamnya, Shinnyusei bisa beristirahat sambil menikmati perjalanan lima jam menuju Minami Iwo Jima, merasakan energi magis yang diyakini berasal dari kekuatan naga kuno.

Setelah lima jam terbang melintasi lautan, Ryuu no Hashira mendarat dengan anggun di Gerbang Langit Minami Iwo Jima, pintu masuk menuju pulau mistis Minami Iwo Jima yang mengapung di tengah lautan. Gerbang ini berdiri megah, ukiran awannya terbuat dari batu putih bercahaya yang seakan hidup di bawah sinar langit.

399cd37e-bb98-4fc1-9c5a-022df6649db0.png
f3c30acc-3d5c-4e41-8944-74220b3ead3e.png

Saat tiba, Shinnyusei disambut oleh Dentō, seorang yōkai ceria yang tampak seperti boneka hidup, dengan kulit putih halus dan ekspresi wajah yang selalu tersenyum lebar. Dentō mengenakan pakaian tradisional Jepang, berupa kimono berwarna-warni dengan pola bunga dan simbol-simbol magis yang tampak bersinar lembut. Wajahnya yang bulat dan matanya yang besar memancarkan kehangatan, seolah-olah dia adalah penjaga penuh kasih dari pulau itu.

Dengan sikap ramah dan antusias, Dentō memandu Shinnyusei melewati Gerbang Langit menuju jalan yang mengarah ke kastil Mahoutokoro yang megah. Dari kejauhan, Shinnyusei bisa melihat ribuan anak tangga menjulang, menghubungkan gerbang dengan kastil yang berdiri tegak, seolah-olah menguji ketabahan dan kekuatan para pelajar sebelum memasuki dunia sihir yang sesungguhnya.

f200df7f-85fb-45b5-972b-9f5440d0f107.png
4edaea8c-cff3-459a-8a47-68f80d51eeb4.png

Namun, sebelum Shinnyusei bisa memasuki Mahoutokoro, mereka dihadang oleh Kotengu—Tengu yang dikenal usil. Kotengu itu, bertengger di ranting pohon dengan sosok menyerupai burung serta barang-barang hasil curian yang menggantung di lehernya, menghentikan langkah Shinnyusei dengan senyum licik. “Kalian tidak bisa masuk ke Mahoutokoro begitu saja,” kata Kotengu itu. “Kalian harus membuktikan kebijaksanaan kalian terlebih dahulu. Kami punya tiga teka-teki untuk kalian.”

Teka-teki pertama diajukan: “Aku adalah instrumen yang menghasilkan bunyi, namun bukanlah sesuatu yang bisa disentuh dan dimankani. Apakah aku?” Para Shinnyusei saling bertukar pandang, hingga salah satu dari mereka menjawab. Kotengu mengangguk puas.

 

Teka-teki kedua: “Aku tidak bisa dilempar, tetapi aku bisa mengenai orang dan tertangkap. Cara untuk melepaskanku selalu dicari. Apakah aku?” Setelah berpikir sejenak, salah satu Shinnyusei menjawab. Kotengu muda itu tersenyum.

 

Teka-teki terakhir: “Selalu di dalam dirimu, terkadang di atasmu. Jika aku mengepungmu, aku bisa membunuhmu. Siapakah aku?” Setelah beberapa saat berpikir keras, Shinnyusei dengan hati-hati menjawab (sertakan jawaban dalam plot). Kotengu tertawa kecil dan membiarkan mereka melewati jalan.

Setelah berhasil menjawab ketiga teka-teki tersebut, para Kotengu terbang menjauh, dan Shinnyusei pun diizinkan melanjutkan perjalanan mereka menuju gerbang Mahoutokoro. Di sana, mereka disambut oleh Daitengu, penjaga sakral pegunungan, yang berdiri tegak dengan aura kewibawaan yang kuat. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Daitengu menatap Shinnyusei sejenak, seolah menilai ketulusan dan tekad mereka. Perlahan, shinnyusei merasa tersedot ke dalam dimensi yang memperlihatkan kehidupan mereka ke depannya dengan berbagai keputusan yang akan mereka pilih.

c15e739d-37c6-438e-a7f1-50c1f19b20ea.png

(Silakan mengisi formulir terlampir sesuai dengan pilihan masing-masing)

Saat Shinnyusei tersadar, Daitengu telah menghilang dari pandangan seperti bayangan yang tertiup angin. Kehilangannya yang misterius seakan menjadi isyarat bahwa meski tak terlihat, ia akan terus mengawasi langkah-langkah setiap shinnyusei selama berada di Mahoutokoro.

PROPERTY OF MAHOUTOKORO  JP © 2024 ALL RIGHTS RESERVED
WEBSITE BY DAICHI TOSHIRO EDITED BY DOMOTO REIKEN - FOR ROLEPLAYING PURPOSES ONLY

bottom of page