QUEST UMUM
Quest Umum merupakan serangkaian misi yang dilakukan secara kolektif oleh para gakusei seluruh asrama, biasanya berfokus pada kegiatan sehari-hari yang mendukung kesejahteraan dan keberlanjutan kehidupan masyarakat, serta memberikan pelatihan praktis dalam keterampilan yang relevan. Setiap quest umum memiliki tujuan khusus yang berkaitan dengan pertanian, peternakan, infrastruktur, atau pelayanan komunitas, yang tidak hanya mengembangkan keterampilan praktis tetapi juga menumbuhkan rasa tanggung jawab sosial di antara para gakusei.
Catatan: Klik pada nomor quest untuk melihat detail quest. Detail quest hanya dapat dibuka menggunakan password yang diberikan setelah klaim quest berhasil dilakukan.
Kuil Air Sazami, di tepi Danau Suiren merupakan danau tenang yang memantulkan cahaya bulan dan dipercaya menjadi tempat bersemayam roh air. Namun, sejak beberapa tahun terakhir, kuil itu terbengkalai, ditumbuhi lumut, sarang laba-laba, dan retakan kecil di altar batu.
Membuat boneka jerami yang diberkahi dengan sihir untuk menjaga ladang pertanian dari hama dan memberikan energi positif bagi pertumbuhan tanaman.
Desa Kiriha, yang tersembunyi di balik kabut abadi Pegunungan Yukigane, baru saja selamat dari kutukan tidur panjang akibat sihir kelam. Para penduduk bangun dalam kebingungan dan ketakutan, kehilangan orientasi waktu dan harapan.
Hujan deras datang lebih awal, membuat tumpukan jerami yang seharusnya disimpan di lumbung malah tercecer dan mulai membusuk di ladang. Jika tidak segera dikumpulkan dan disusun ulang, seluruh stok pakan ternak untuk musim dingin akan hilang.
Di puncak gunung, terdapat Kuil Kuno Yureikami yang hanya bisa diakses oleh penyihir. Gakusei biasa datang ke sana untuk mengambil Omikuji kertas ramalan khusus yang dipercaya memperlihatkan cerminan nasib spiritual dan takdir magis mereka. Namun tahun ini terjadi hal aneh, semua slip ramalan berubah menjadi "凶", yang berarti kutukan paling buruk.
Festival Kembang Api di desa penyihir Hanagasumi akan segera dimulai. Festival hanya terjadi sekali setiap tujuh tahun untuk menghormati roh langit dan membawa berkah musim depan. Namun, tahun ini, mengalami masalah.
Beberapa hari terakhir, kabut tebal keperakan menyelimuti lereng bawah Gunung Minami Iwo, tepat di sekitar batas luar Mahoutokoro. Kabut tersebut muncul tanpa peringatan dan menolak tertiup angin.
Di Desa Hakuchou, hiduplah seorang penenun kain terkenal bernama Tachibana Orihime, yang dikenal karena kemampuannya menenun yukata dengan motif cahaya halus yang hanya tampak ketika malam musim panas mencapai puncaknya. Kain-kain karyanya tidak dibuat dari benang biasa. Namun pada suatu musim, badai besar menghantam desa.
Di Desa Higashikako, terdapat sebuah kuil yang dikenal karena memiliki sumber air jernih yang digunakan oleh penduduk sebagai sumber utama untuk minum dan keperluan sehari-hari. Namun, beberapa hari terakhir, penduduk mulai menyadari adanya perubahan mencurigakan energi kehidupan di sekitar kuil melemah.
Sebuah surat dari Desa Takamori yang mengalami masalah selama musim panas ini. Tanaman-tanaman layu efek panasnya cuaca. Para penduduk kehilangan daya tahan tubuh sementara Tabib utama sedang dalam masa penyucian dan meditasi tertutup di puncak gunung.
Tuan Yamashita Oguri, penjual cumi bakar dari desa pesisir Shiranami dilanda kepanikan karena terlanjur menerima pesanan 100 tusuk sate cumi-cumi untuk kegiatan festival kecil di pusat desa 2 hari lagi, sedangkan sang putra Kaede si penangkap cumi andal, sedang berlibur ke Kyoto. Di desa Shiranami, cumi-cumi yang baru ditangkap dikenal meninggalkan aroma tajam yang menusuk indera, bahkan saat setelah sate dibakar.
Takeshi Honda salah satu pengrajin terakhir Karamushi di desa terpencil Aokiba. Kerajinan Karamushi adalah tradisi tenun tertua di Jepang, menggunakan serat tanaman rami yang hanya tumbuh liar di hutan lembab Aokiba. Namun, kegagalan panen telah memusnahkan semua rami budidaya yang dimiliki Takeshi. Disinyalir di dalam hutan In'yōrin terdapat rami liar yang tumbuh subur.
Desa Tsukikure terletak di lembah berselimut kabut dan diterangi cahaya bulan sepanjang malam, diganggu oleh serangkaian pencurian misterius. Barang-barang berharga dan pusaka keluarga menghilang tanpa jejak, dan tidak ada tanda-tanda pembobolan. Penduduk desa mulai percaya bahwa itu adalah ulah yokai kuno 'Kagitsune'. Para pendeta lokal telah gagal mengusirnya, dan kini bantuan dibutuhkan dari pihak luar untuk menyelidiki, menangkap, atau menenangkan sang yokai.
Di ujung barat Desa Teratsuki, tersembunyi di balik pohon-pohon tua berdiri Gerbang Tsuyukasa sebuah struktur batu berlumut yang diyakini menjadi jalan antara dunia manusia dan dunia mimpi-roh. Dahulu, para penjaga desa mengadakan ritual tiap tahun agar gerbang tetap tertutup rapat, agar mimpi buruk dan kenangan pahit tidak menyusup kembali ke dunia nyata. Namun kini, suara-suara mulai terdengar dari balik gerbang.
Di puncak Pegunungan Aokusa, tersembunyi sebuah galeri terbuka kuno bernama Irouka. Tempat para seniman-mantra dahulu menciptakan Seni Lingkaran, seni sihir yang ditulis bukan dalam huruf, melainkan dalam bentuk pola spiral, garis cahaya, dan lingkaran konsentrik yang beresonansi dengan unsur alam. Namun, sejak retakan besar muncul di tebing Irouka, cahaya simbol-simbol itu mulai kacau. Pola yang seharusnya menenangkan kini membuat hewan sekitar panik, langit menjadi buram, dan para pendaki tersesat dalam ilusi optik.
Pada akhir era Heian, terjadi perpecahan besar antara dua aliran sihir utama Jepang: Enkaku dan Shin’un Untuk mencegah perang antar-dua aliran menjadi kehancuran total, satu jimat sihir besar yang disebut Fū-in no Kami (Segel Dewa Pengikat) dibuat dan disembunyikan di Menara Katsuragi.
Kementerian sihir menerima laporan dari Perdana Menteri Jepang tentang kejadian paranormal, dimana orang-orang melihat “kembaran” dari dirinya, dari keluarganya, bahkan dari para sosok public figure. Kejadian ini telah berlangsung selama beberapa bulan di pusat kota Shinkyo. Laporan orang hilang, pun orang-orang yang terdampak setelah menemui “kembaran” misterius itu terus meningkat di setiap harinya.
Kuil Hirabayashi merupakan kuil yang dihuni oleh roh bernama Hiramawa, roh suci yang bertugas menjaga kemurnian kuil dari esensi jahat. Suatu hari, segel roh Hiramawa terbuka karena ulah orang asing yang mencuri patung singa berekor tujuh. Patung tersebut merupakan peninggalan leluhur Hirabayashi yang menjadi 'rumah' bagi roh Hiramawa.
Beberapa minggu terakhir, terjadi gangguan energi di laut sekitar pulau Onogoro. Ikan-ikan mati, gulungan ombak terlalu besar, air pasang dan tak pernah surut, bahkan terjadi badai hebat di jam-jam tertentu. Beberapa penyihir laut telah berupaya melangsungkan ritual, namun tidak ada hasil yang diperoleh. Belakangan ini kisah lampau kembali mengambang.
Di desa pesisir Minatohama, hasil laut tiba-tiba menurun drastis. Nelayan-nelayan pergi melaut namun pulang dengan perahu kosong, dan beberapa bahkan mengaku mendengar nyanyian di tengah laut yang membuat mereka kehilangan arah. Para gakusei diminta untuk menyelidiki penyebab gangguan ini.
Desa Aokiri tidak tercatat di peta manapun. Masyarakatnya hidup dalam keterasingan dan belum tersentuh pendidikan formal. Anak-anak tumbuh tanpa mengenal huruf dan buku, dan sebagian warga percaya bahwa membaca adalah sesuatu yang berbahaya.
Sudah dua malam terakhir, Mercusuar di bukit Kishiura tidak lagi memancarkan cahayanya. Kapal-kapal yang melintas jadi rawan kecelakaan, dan desa mulai diliputi keresahan. Mercusuar ini konon dijaga oleh roh tua yang tak pernah lalai menjalankan tugasnya.